Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

Indonesia dalam Posisi Dilematis

Jumat, 01 Januari 2010
Bagi Indonesia, hubungan Taiwan hanya hubungan perdagangan dan kebudayaan. Sedangkan untuk hubungan politik sulit untuk dilakukan karena Indonesia masih menganut one China policy.

Kondisi ini hingga sekarang tidak berubah meski saat ini Taiwan dikuasai oleh KMT yang mempunyai kecenderungan lebih terbuka. Pengamat hubungan Indonesia dengan Asia Timur yang mantan peneliti Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Bantarto Bandaro mengatakan, hubungan Indonesia dengan Taiwan hanya bisa dilakukan pada level rendah, yaitu ekonomi dan perdagangan. Namun, dalam kasus ini Indonesia sebenarnya dalam posisi yang dilematis.

“Karena Taiwan salah satu kekuatan ekonomi di Asia, mau berhubungan yang lebih, tapi karena ada one China policy menjadi sulit dan terlalu berisiko,” ungkapnya. Risiko yang didapat, jika Indonesia menjalin hubungan diplomasi dengan Taiwan, akan menimbulkan kritikan yang tajam dan reaksi keras dari China. Namun, melihat kondisi Taiwan dan China yang tengah melakukan dialog bisa berimbas positif pada Indonesia. Ini artinya, Indonesia bisa meng-upgrade hubungannya. Namun, itu semua bergantung keberhasilan perundingan antara Taiwan- China. “Jika gengsi Taiwan bisa ditanggalkan dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi (China) ini akan bagus,” tegasnya. Menurut Bantarto, dialog lintas selat antara Taiwan dan China bisa berdampak positif bagi ASEAN termasuk di dalamnya Indonesia.

Jika nantinya Taiwan dan China “rujuk” ini akan menguntungkan ASEAN. Selain itu akan menjadi kekuatan ekonomi yang kuat di Asia bahkan dunia. Mengenai FTA yang akan dibuka pada 1 Januari 2010 nanti, Bantarto justru berdampak positif terhadap Taiwan. Barang-barang dari Taiwan akan semakin mudah masuk ke ASEAN asal melalui pintu China. Taiwan bisa memanfaatkan kondisi ini. Sedangkan Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Teuku Faizasyah menjelaskan hal yang hampir sama. “Kondisi ini tidak berubah, kami tetap menggunakan one China policy. Namun, interaksi kami (Indonesia) dengan Taiwan sebatas ekonomi, perdagangan dan kebudayaan,” ungkap Faizasyah.

Jadi, kata Faizasyah, saat ini Indonesia tetap mengakui bahwa satu China dan Taiwan tetap dianggap bagian dari China. Mengenai saat ini Taiwan tengah menjalin hubungan mesra dengan Taiwan, Faizasyah beranggapan itu suatu hal yang positif. Mengenai pengakuan Taiwan sebagai negara merupakan sebuah proses politik yang sangat bergantung pada hubungan China dan Taiwan. Indonesia sangat menghargai dan memberi apresiasi langkah Taiwan yang saat ini membuka pintu negosiasi dengan China. Menurut Faizasyah langkah ini merupakan langkah positif.

Jika nantinya Taiwan mempunyai titik temu dengan China mengenai hubungan mereka dengan dunia internasional, tidak menutup kemungkinan hubungan Indonesia dengan Taiwan bisa dibuka. “Namun, itu semua bergantung kepada China dan Taiwan, yang jelas saat ini kita tetap dengan one China policy,” tegas Faizasyah. Secara prinsip, saat ini Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Taiwan. Untuk ke depannya, Faizasyah belum bisa memastikan bagaimana hubungan Indonesia dan Taiwan.

Faizasyah menegaskan saat ini masih menggunakan one China policy. Jadi, Indonesia tetap belum akan menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan jika kondisinya memang masih seperti saat ini.
okezone.com

Di Antara AS dan China

Hubungan Taiwan dengan negara-negara ASEAN bergantung pada hubungan negeri Sun Yat Sen tersebut dengan China. Peran Amerika Serikat (AS) pun patut diperhitungkan.

Taiwan harus pintar memainkan kondisi ini. Ratusan demonstran mengepung sebuah hotel tempat perundingan antara Taiwan dengan China beberapa waktu lalu di Kota Taichung, Taiwan. Mereka terus meneriakkan penolakan perundingan antara Taiwan dan “sepupu” China. Sebagai tanda penolakan, para demonstran membakar bendera China. Di mata para demonstran, kesepakatan yang dibuat tidak memberikan keuntungan kepada Taiwan. Mereka pun menuntut agar Taiwan tidak menjalin hubungan lebih dekat dengan China.

“Taiwan tidak pernah menjadi bagian dari China. kami ingin komunitas global memahami bahwa warga Taiwan tidak mendukung kesepakatan tersebut,” ujar demonstran Tsai Ting-kui. Sedangkan di dalam hotel beberapa kesepakatan di antaranya karantina makanan, standar industri, dan penempatan para nelayan kembali disepakati antara Taiwan dan China. “Tren yang berkembang saat ini tidak bisa berubah,” ujar pemimpin negosiasi dari Taiwan Chen Yunlin. “Selama beberapa tahun silam, kami telah menyelesaikan banyak pekerjaan yang tidak bisa dicapai 10, 20 atau pun 60 tahun sebelumnya,” paparnya.

Taiwan dan China memang semakin mesra sejak Presiden Ma Ying-jeou berkuasa pada medio 2008. Batu sandungan dalam negeri adalah dari kelompok oposisi, yaitu Partai Demokratik Progresif (DPP) yang lebih menginginkan Taiwan menjadi negara yang merdeka dan benar-benar terlepas dari China. Anjing menggonggong, perundingan tetap berjalan mulus. Mungkin, begitulah ungkapan yang ingin diungkapkan Kuomintang (KMT) tentang aksi penolakan perundingan dengan China. Seorang pakar hubungan Taiwan-China dari Universitas Tamkang, Prof Dr Alexander Chieh-cheng Huang mengatakan, ada beberapa hal yang patut dicatat dalam hubungan antara Taiwan dan China baru-baru ini.

Hubungan strategis yang patut terus dijaga adalah menjaga sikap yang strategis guna menjamin perdamaian, terus mengekspresikan sebuah upaya ke arah yang baik, mengejar perdamaian di eksternal, memprioritaskan pembangunan ekonomi dan revitalisasi, mengakhiri kondisi yang bermusuhan. “Dua yang terakhir adalah memilih negosiasi daripada konfrontasi serta mempromosikan kerangka hubungan,” ungkapnya dalam diskusi dengan para delegasi Future Leader from Souteast Asia di Taipei beberapa waktu lalu. Huang juga menyarankan agar Taiwan mengambil inisiatif terlebih dahulu dalam perundingan tersebut demi kepentingan rakyat Taiwan.

Dalam bernegosiasi, Taiwan tidak perlu berkompromi atau membahas tentang kedaulatan Taiwan atau Republik of China (ROC). Selain itu, kemesraan hubungan antara Taiwan dengan China tidak akan menyakiti hubungan Taiwan dengan negara sekutu demokratisnya. “Pertahanan strategi militer juga tidak akan memperlambat upaya modernisasi pertahanan militer. Untuk itu, kerangka kerja sama lintas selat ini harus dijaga tetap dinamis,” ujar Huang. Mungkin benar apa yang dikatakan Huang. Karena, AS yang selama ini berada di belakang Taiwan memberikan lampu hijau tentang hubungan ini. Pada kunjungan Presiden Barack Obama ke China pada 17 November 2009, AS menyambut baik hubungan damai Taiwan-China.

Obama juga berharap, kedua belah pihak meningkatkan dialog dan interaksi pada bidang ekonomi, politik, dan bidang lain, dan mengembangkan lebih positif. Deputi Menteri Luar Negeri AS James Stenberg pada 24 September 2009 juga mengatakan bahwa pihaknya mendorong dialog antara Taiwan dan China. AS juga akan tetap berkomitmen tetap menjamin kebutuhan pertahanan bagi Taiwan. “Kami membuat keputusan tentang penjualan senjata,”ungkap Stenberg. Ini artinya, Taiwan tidak perlu khawatir AS akan meninggalkan dirinya, jika terus berdialog dengan China. Pemerintah AS tetap menjamin hubungan yang terjalin selama ini terutama di bidang pertahanan. Justru, yang patut dikhawatirkan Taiwan adalah kondisi di China.

Karena perekonomian Taiwan saat ini sangat bergantung pada China. Jika perekonomian China ambruk, perekonomian di Taiwan langsung terkena imbasnya. Mengapa? Karena hampir 40 persen tujuan ekspor Taiwan adalah ke China. “Jadi, istilahnya panda sakit lebih berbahaya dibanding naga yang sedang marah,” ungkap Huang. Artinya, jika bursa ekonomi di China hancur, dalam hitungan detik Taiwan. Namun, jika China mengirimkan rudalnya, masih membutuhkan beberapa menit untuk menghancurkan Taipei (ibu kota Taiwan). Beberapa hal yang patut ditekankan dalam dialog antara Taiwan dengan China adalah pertukaran pendidikan dan kebudayaan.

Selain itu juga perlu terus dibangun perjanjian kerangka kerja ekonomi, perjanjian diplomasi, mengakhiri permusuhan dan bersama membangun kepercayaan militer. Untuk ke depannya Huang memprediksi, dialog Taiwan dengan China akan mengarah dari masalah relatif mudah ke proses rumit, dari isu-isu fungsional sangat sensitif ke isu-isu politik, dari ekspresi sederhana niat baik ke suatu kenyataan memeriksa keuntungan besar. Selain itu, dari isu bilateral murni ke proses kemungkinan keterlibatan pihak ketiga. “Dan dari menyiapkan isu-isu dengan baik untuk agenda yang belum sepenuhnya dibahas,” kata Huang.

Lebih lanjut Huang menggaris bawahi, Taiwan harus pintar memainkan dua peran terhadap China dan AS. Dengan China yang bisa dilakukan secara terbuka adalah meningkatkan dialog politik dan melakukan politik yang lembut. Sedangkan kepada AS strategi yang dilakukan jangan terlalu terbuka, yaitu menyangkut meningkatkan hubungan keamanan dan kerja sama militer.
okezone.com

Ketegangan Jelang Gus Dur Jatuh dari RI-1

Kamis, 31 Desember 2009
Kejatuhan KH Abdurrahman Wahid dari kursi Presiden RI kembali diperbincangkan menyusul wafatnya kyai kharismatik pada Rabu, 30 Desember 2009, pukul 18.45 WIB tersebut.

Kisah menegangkan menjelang kejatuhan Gus Dur dari kursi Presiden RI pada 23 Juli 2001 memang kerap dibahas sebagai bagian dari sejarah penting perpolitikan Indonesia.

Kekuasaan Gus Dur dihentikan oleh MPR melalui Sidang Istimewa dalam situasi gejolak politik yang cukup panas dan genting. Para pendukung Gus Dur melakukan unjuk rasa besar-besaran di depan Istana. Polisi dan tentara juga berjaga-jaga.

Bahkan, rumah Wakil Presiden Megawati yang dipastikan bakal menggantikan Gus Dur sebagai orang nomor satu RI juga dijaga ketat tentara. Di sana, dua panser juga siap siaga. Suasana di kediaman Mega benar-benar siaga I.

Dari berbagai sumber, termasuk dari buku Gus Dur, Politik dan Militer, terungkap bagaimana panasnya suhu politik saat itu. Berikut ini detik-detik peristiwa menegangkan dibalik kejatuhan Presiden Wahid.


22 Juli 2001
Pada Minggu malam, para kyai NU, kelompok LSM dan simpatisan mendatangi Istana guna memberikan dukungan pada Gus Dur. Massa pendukung Gus Dur dari berbagai daerah melakukan aksi di Monas dan depan Istana Merdeka Jakarta.

23 Juli 2001
01.10 WIB:
Senin dinihari, Gus Dur mengeluarkan dekrit Presiden yang berisi pembubaran parlemen (DPR dan MPR) dan pembekuan partai Golkar, serta mempercepat pemilu. Dekrit ini molor tiga jam dari rencana semula yang akan diumumkan pada 22 Juli, pukul 22.00 WIB.

01.30 WIB:

MPR menggelar rapat pimpinan yang diketuai oleh Amien Rais. Sesuai menggelar rapat, Ketua MPR menggelar jumpa pers didampingi wakil Ketua Ginanjar Kartasasmita, Hari Sabarno dan Matori Abdul Djalil. Amien meminta TNI mengamankan Sidang Istimewa MPR.

08.30 WIB

MPR menggelar sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid. SI MPR diawali dengan pandangan fraksi-fraksi. Sidang digelar setelah 592 dari 601 anggota MPR dalam sidang sebelumnya menyatakan persetujuannya.

12.45 WIB

Alwi Shihab menemui Gus Dur. Presiden menyatakan dirinya dizalimi secara politik oleh orang Senayan. "Gus Dur akan bertahan di Istana," kata Alwi.

16.53 WIB

MPR memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI dan mengangkat Megawati sebagai Presiden. Mobil RI II seketika diganti RI I.

17.30 WIB:

Megawati dilantik oleh MPR dan mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden baru hingga 2004 yang menggantikan posisi Abdurrahman Wahid.

20.50 WIB
Gus Dur keluar menuju beranda Istana Merdeka dengan mengenakan celana pendek, kaos dan sandal jepit. Dituntun putrinya Yenni serta dan mantan asisten pribadi Zastrouw, Gus Dur melambaikan tangan pada para pendukungnya yang histeris di depan Istana.
vivanews.com

2010, Indonesia Tumbuh Lebih Cepat!

Minggu, 27 Desember 2009
Prospek perekonomian Indonesia tidak dapat lepas dari pergerakan perekonomian dunia. Ada indikasi bahwa proses pemulihan perekonomian dunia juga akan berkesinambungan.

Keadaan ini, yang didukung pula oleh perkembangan positif di dalam negeri, membuat prospek perekonomian Indonesia pada 2010 akan lebih cerah dibandingkan 2009. Data-data ekonomi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi global sedang terjadi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan positif yang mulai terjadi di beberapa negara.

Perekonomian Amerika Serikat (AS) misalnya pada triwulan ketiga 2009 lalu tumbuh dengan laju 2,8 persen (annualized). Australia bahkan sudah menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali, satu kali di awal Oktober, satu kali di awal November, satu kali di awal Desember (saat ini suku bunga acuan di sana berada pada level 3,75 persen).Langkah ini dilakukan karena bank sentral negara tersebut melihat proses pemulihan yang terjadi cukup berkesinambungan dan akan terus berlanjut sampai 2010.

Namun, angka pengangguran yang masih tinggi di beberapa negara membuat banyak kalangan masih khawatir terhadap kesinambungan proses pemulihan yang terjadi. Angka pengangguran di AS misalnya saat ini masih berada di kisaran 10 persen. Perkembangan ekonomi AS amat memengaruhi perekonomian kita karena pada dasarnya sampai saat ini AS masih merupakan mesin utama perekonomian dunia.

Sulit sekali mengharapkan perekonomian dunia yang cerah bila ekonomi AS masih terpuruk. Meski begitu,ada indikasi bahwa pemulihan perekonomian di AS akan berkesinambungan. Hal ini antara lain terlihat dari indikator siklus bisnis perekonomian AS. Ada dua indikator utama yang biasa digunakan oleh ekonom untuk menentukan posisi perekonomian yaitu coincident economic index (CEI) dan leading economic index (LEI).

CEI adalah indeks yang mengukur keadaan ekonomi pada setiap saat.Sedangkan LEI adalah indeks yang dapat melihat prospek perekonomian enam sampai dua belas bulan ke depan. CEI yang naik menggambarkan aktivitas perekonomian yang meningkat. Sebaliknya, CEI yang turun menggambarkan aktivitas perekonomian yang menurun. Sedangkan LEIyangnaikmenggambarkanprospek aktivitas perekonomian yang membaik,dan LEI yang turun menggambarkan prospek perburukan aktivitas perekonomian.

Seperti kita ketahui, untuk mencegah agar keterpurukan di AS tidak terlalu dalam dan lama, baik bank sentral maupun pemerintahnya sudah memberikan stimulus dalam jumlah cukup besar. The Fed misalnya sudah menurunkan bunga acuan sampai 0-25 bps. Stimulus yang diberikan tampaknya mulai memperlihatkan hasilnya. Sejak Juni 2009 CEI tidak turun lagi (gambar 1).

Artinya,penurunan aktivitas perekonomian di sana sudah mulai reda. Selain itu, LEI juga sudah mengalami kenaikan terus-menerus sejak Maret 2009. Pada Oktober 2009 level LEI sudah melampaui level di September 2007.Tren kenaikan LEI yang terjadi tampaknya cukup kuat dan berkesinambungan. Hal ini mengisyaratkan prospek perbaikan perekonomian AS yang berkelanjutan.

Dengan demikian, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi CEI (indeks yang menggambarkan keadaan ekonomi pada suatu saat) diperkirakan akan naik dengan lebih signifikan mengikuti tren kenaikan LEI.Artinya, proses pemulihan ekonomi di AS tampaknya akan berkesinambungan.

Sebagian besar ekonom dunia memang memperkirakan perekonomian AS akan tumbuh dengan laju 2,5 persen pada 2010 (diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,4 persen pada 2009).Bukan itu saja,perekonomian global secara keseluruhan pun diperkirakan akan tumbuh dengan lebih cepat. Jepang misalnya diperkirakan akan tumbuh 1,2 persen (kontraksi 5,7 persen pada 2009). Sedangkan Eropa diperkirakan tumbuh dengan laju 1,1 persen (kontraksi 3,8 persen pada 2009).

Prospek Ekonomi Indonesia

Indonesia akan menerima dampak positif dari ekspansi perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi global yang lebih cepat akan meningkatkan permintaan terhadap produk-produk dari Indonesia. Artinya, ekspor kita yang selama ini tampak agak loyo akan segera meningkat lagi, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas perekonomian.

Dengan keadaan yang demikian, laju pertumbuhan ekspor Indonesia tahun depan diperkirakan mencapai sekitar 12,9 persen. Selain itu,daya beli masyarakat kita pun tampaknya masih cukup baik.Harga yang relatif terkendali sepanjang 2009 membuat daya beli masyarakat tidak tergerus signifikan. Pada 2010 tampaknya tingkat harga masih akan relatif terkendali. Laju inflasi diperkirakan masih akan berada pada kisaran satu digit, di sekitar 6 persen.

Dengan prospek inflasi yang demikian,ada peluang Bank Indonesia (BI) tidak akan mengubah bunga acuannya sampai akhir 2010. Suku bunga akan pun tetap cukup kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Walaupun saat ini belum turun ke level yang seharusnya, bunga pinjaman diperkirakan turun ke level yang lebih rendah lagi.Bila ini terjadi,daya dorong tambahan terhadap perekonomian akan timbul.

Belanja konsumen akan lebih kuat lagi karena suku bunga yang rendah akan membuat konsumen menjadi tidak enggan lagi untuk meminjam uang dari bank. Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan. Dengan suku bunga yang lebih rendah,perusahaan menjadi tidak enggan untuk meminjam dari bank dan meningkatkan realisasi rencana investasi. Dengan keadaan demikian,belanja rumah tangga pada 2010 diperkirakan tumbuh dengan laju sekitar 3,9 persen.

Sedangkan investasi diperkirakan akan tumbuh dengan laju sekitar 12,2 persen, jauh lebih tinggi dari perkiraan laju pertumbuhan sekitar 4,3 persen pada 2009. Impor pun diperkirakan tumbuh dengan laju sebesar 17,3 persen atau jauh lebih cepat dibandingkan dengan kontraksi sebesar 18,5 persen pada 2009.

Kenaikan permintaan di dalam negeri seiring dengan semakin cepatnya laju pertumbuhan ekonomi domestik, ditambah pula oleh kenaikan permintaan bahan baku untuk produksi yang berorientasi ekspor, diperkirakan memicu peningkatan impor yang signifikan pada 2010.

Secara keseluruhan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh dengan laju sebesar 6,0 persen pada 2010. Angka ini cukup signifikan lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi pada 2009. Perkiraan pertumbuhan pada 2010 yang disebutkan di atas mungkin dianggap sebagian kalangan terlalu optimistis.

Kala perekonomian global sedang terpuruk dan perekonomian kita pun tumbuh di bawah 5 persen, prediksi pertumbuhan 6 persen memang akan dirasakan terlalu tinggi.Meski begitu,tren jangka panjang laju pertumbuhan perekonomian kita saat ini ada di sekitar 6 persen.Apabila tidak ada kejutan negatif yang terlalu besar (seperti resesi perekonomian global) dan apabila kita tidak melakukan kesalahan kebijakan yang terlalu konyol, pertumbuhan ekonomi kita akan cenderung bergerak ke arah 6 persen.

Pertumbuhan ekonomi kita bahkan sebenarnya dapat tumbuh di atas 6 persen bila pemerintah dapat merealisasikan janji-janjinya dalam membangun proyek-proyek infrastruktur seperti listrik, jalan, dan pelabuhan. Kurang tersedianya infrastruktur inilah antara lain yang membuat biaya distribusi barang menjadi mahal (membuat inflasi tinggi dan suku bunga tinggi), mengurangi daya saing produk kita di luar negeri, sekaligus memperburuk iklim investasi di negara kita.

Diskusi di atas menunjukkan bahwa prospek perekonomian Indonesia pada 2010 akan lebih cerah dari keadaan ekonomi pada 2009. Pulihnya perekonomian global, rendahnya inflasi dan suku bunga, terpeliharanya daya beli masyarakat, dan meningkatnya aktivitas investasi diperkirakan mendukung ekspansi perekonomian kita pada 2010. (*)

Purbaya Yudhi Sadewa
Chief Economist Danareksa
Research Institute
Okezone.com

Kenapa Orang Pintar RI Eksedus ke Luar Negeri

Tahun 2009 segera berakhir, 2010 menjelang. Tanpa disadari, waktu terus berganti. Padahal, dibalik pergantian tahun itu, bangsa Indonesia tengah menghadapi persoalan serius. Jika dibiarkan, persoalan ini akan menimbulkan masalah besar pada jangka panjang.

Bahkan, persoalan tersebut nyata ada di depan mata. Ironisnya, ini belum disadari oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya, masalah ini terus berlarut-larut sehingga merugikan Indonesia.

Salah satu fenomena yang menonjol itu adalah semakin kuatnya kecenderungan orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, memilih tinggal dan bekerja di luar negeri. Mereka adalah doktor-doktor terbaik lulusan Yale, Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain. Umumnya mereka bergelut di bidang ilmu eksakta dan engineering seperti teknik, fisika, matematika komputer, dan sejenisnya.

Tahun 2007 saja sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri memilih bekerja di Malaysia, 3 orang bekerja di Brunei, dan sekitar 5 orang di Singapura. Setiap tahun Depdinkas dibanjiri permintaan para doktor yang sudah selesai ikatan dinas untuk diizinkan bekerja di luar negeri. Padahal untuk “mencetak” seorang doktor di perguruan tinggi bergengsi di luar negeri, biaya yang dibutuhkan lebih dari $30 ribu per tahun.

Ada beberapa alasan mengapa eksodus terjadi:
Pertama, Remunerasi. PTN tempat mereka bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan remunerasi yang layak. Sementara gaji mereka di Malaysia sekitar Rp 50 juta per bulan, belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak mereka.

Kedua, Tantangan pengembangan ilmu. Banyak dari mereka yang butuh situasi kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka ingin sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan secara optimal. Malaysia dan negara lain mampu menghadirkan hal tersebut, salah satu contohnya adalah Malaysia saat ini telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.

Indonesia juga terancam kehilangan generasi cerdas dan brilian, karena sebagian besar anak-anak cerdas peraih penghargaan olimpiade sains internasional memilih menerima tawaran belajar dari berbagai universitas di luar negeri, terutama Singapura.

Pemerintah hanya memberikan fasilitas masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes dan siswa bersangkutan dijanjikan akan diberikan beasiswa. Sementara Singapura lebih agresif dengan memburu siswa-siswa brilian ke sejumlah sekolah di Indonesia lewat agen yang tersebar di sejumlah kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.

Siswa-siswa brilian itu dijanjikan fasilitas yang menggiurkan. Selain beasiswa, siswa cerdas juga ditawari subsidi biaya kuliah (tuition grant) dari Pemerintah Singapura sebesar 15.000 dollar Singapura (sekitar Rp 112,5 juta per tahun), atau pinjaman bank tanpa agunan untuk biaya kuliah. Jika siswa mengambil pinjaman bank, cicilan pinjamannya dibayar setelah mereka bekerja.

Sekitar 250-300 siswa cerdas Indonesia setiap tahun pergi ke Singapura untuk kuliah di perguruan tinggi seperti Nanyang Technological University, National University of Singapore, dan Singapore Management University. Dari total pelajar dan mahasiswa Indonesia di Singapura sebanyak 18.341 orang, sekitar 5.448 orang di antaranya sedang mengambil S-1, S-2, dan S-3 di berbagai program studi. Singapura menargetkan merekrut 150.000 mahasiswa asing hingga tahun 2015.

Harus ada kebijakan terobosan untuk mempertahankan siswa-siswa cerdas dan brilian tetap menjadi aset Indonesia. Mereka memang perlu mengembangkan ilmu ke berbagai universitas terkemuka di dunia, namun harus diciptakan kondisi yang mendukung agar mereka bergairah kembali ke Tanah Air untuk mengabdikan ilmunya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

***

Said Didu adalah Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia dan Sekretaris Menteri Negara BUMN. Analisis ini disarikan dari pidato Said Didu di acara Persatuan Insinyur Indonesia.

vivanews.com

6 Tanda Teknologi Mengacaukan Hidup Anda

Rabu, 23 Desember 2009
Saat ini teknologi telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering menggunakan layanan yang disediakan penyedia internet atau seluler untuk berkomunikasi daripada bertemu langsung dengan kawan-kawan.

Buktinya? Tumpukan pesan pendek, status dan komentar di Facebook atau tweet yang kita buat setiap hari. Terlebih dengan adanya demam perangkat pintar Blackberry.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai teknologi. Apakah ia menginterupsi atau bahkan menggantikan cara kita bersosialisasi secara fisik? Laman Kaboodle menulis beberapa pertanda yang menunjukkan Anda harus segera mengurangi pemakaian perangkat teknologi, berikut di antaranya:

- Hari-hari kerja berlalu begitu saja karena Anda sibuk mengelola lahan peternakan melalui aplikasi permainan Farmville. Permainan dalam jejaring sosial Facebook ini memang membuat kecanduan. Anda dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk menunggu panen cabai atau tomat dan akhirnya justru melupakan kewajiban.

- Anda menemukan bahwa pasangan Anda selingkuh setelah Anda memeriksa teleponnya. Anda juga merasa cemburu melihat perempuan atau lelaki lain tampak akrab dengan pasangan Anda di wall Facebook.

- Anda lebih suka menggoda melalui pesan singkat. Anda juga tidak merasa tidak sopan saat menjawab pesan di tengah makan malam romantis.

- Anda mengirim pesan instan (messenger) kepada teman serumah bahkan saat Anda sama-sama berada dalam rumah.

- Anda lebih suka berolahraga dengan memainkan konsol Nintendo Wii. Anda mengira bermain tenis, gitar, atau bersepeda melalui Wii setara dengan jika Anda ke luar rumah. Padahal tidak ada yang bisa menggantikan manfaat sinar matahari terhadap kulit atau bercanda dengan teman satu band.

- Anda selalu merasa ingin menekan tombol Ctrl + Z setelah melakukan kesalahan.
vivanews.com

Beranikah Presiden Membatalkan Rencana Konversi Hutan?

Greenomics Indonesia menilai pidato perubahan iklim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kopenhagen, Denmark kontradiktif dengan rencana tata ruang daerah dan peta penunjukan kawasan hutan Departemen Kehutanan. Pasalnya, terdapat 17,91 juta hektar areal bertegakan hutan yang telah dialokasikan dan dicadangkan untuk dikonversi menjadi areal pembangunan di luar sektor kehutanan.

Demikian Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi di Jakarta, Selasa (22/12/2009). Dia menyampaikan hal ini untuk merespons pidato Presiden SBY di Kopenhagen pekan lalu. Untuk itu, Greenomics meminta kejelasan sikap Presiden Yudhoyono atas status areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar tersebut. Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono mendeklarasikan bahwa Indonesia akan memangkas emisi sebesar 26 persen tahun 2020, dan bahkan hingga 41 persen jika ada bantuan internasional.

Pertanyaan mendasar dari target pemangkasan emisi tersebut, jelas Elfian, adalah bagaimana dengan rencana konversi areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar yang secara legal telah dialokasikan dan dicadangkan oleh rencana tata ruang di daerah-daerah, apakah diteruskan sesuai dengan rencana tata ruang tersebut atau dibatalkan.

"Jika rencana konversi areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar tersebut tetap diteruskan, maka penurunan emisi sebesar 26 persen hanya sebagai retorika saja, apalagi penurunannya hingga 41 persen, karena salah satu penyumbang emisi terbesar adalah perubahan status dari kawasan hutan menjadi kawasan nonhutan," ujar Elfian.

Data Rekalkulasi Penutupan Lahan (Departemen Kehutanan, 2008) menunjukkan terdapat 7,08 juta hektar areal yang masih bertegakan hutan yang statusnya sudah dilepas dari kawasan hutan dan saat ini siap untuk dikonversi secara legal. Sedangkan areal kawasan hutan yang dicadangkan untuk dikeluarkan dari kawasan hutan mencapai 10,83 juta hektar.

"Bayangkan, dari 17,91 juta hektar tersebut, seluas 6,14 juta hektar adalah hutan primer, dan 11,77 juta hektar adalah hutan sekunder," papar Elfian.

Elfian menilai, jika memang Presiden Yudhoyono tidak mengizinkan proses konversi terhadap areal yang masih bertegakan hutan, maka Presiden harus meminta para kepala daerah untuk merevisi rencana tata ruang provinsi dan kabupaten/kota terkait serta meminta Menteri Kehutanan untuk merevisi Peta Penunjukan Kawasan Hutan, dengan cara memasukkan kembali areal 17,91 juta hektar tersebut menjadi kawasan hutan tetap (permanent forest) .

Jika proses revisi tata ruang dan peta penunjukan kawasan hutan tersebut tidak dilakukan, jelas Elfian, maka praktik konversi areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar tersebut akan terjadi secara legal.

"Kami tidak yakin para kepala daerah mau membatalkan rencana tata ruangnya untuk tidak mengkonversi areal yang masih bertegakan hutan, karena areal tersebut sudah dialokasikan dan dicadangkan untuk dikonversi. Para kepala daerah pasti berargumentasi bahwa mereka perlu lahan untuk tujuan investasi, seperti untuk perkebunan sawit, dan lain sebagainya, ujar Elfian.

Solusi global

Pidato Presiden Yudhoyono juga menekankan bahwa negara-negara yang memiliki hutan harus mendapatkan sesuatu manfaat jika negara-negara tersebut berkomitmen untuk tidak melakukan deforestasi. Presiden menyebut mekanisme REDD-Plus, semacam mekanisme kompensasi keuangan terhadap inisiatif penurunan deforestasi dan degradasi, sebagai bagian dari solusi global.

"Lalu, apakah Presiden berniat membatalkan rencana konversi areal yang bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar yang telah dialokasikan dan dicadangkan dalam rencana tata ruang tersebut dengan cara mengkompensasikannya dengan mekanisme REDD-Plus, sehingga Indonesia bisa menjadi bagian dari solusi global?" tanya Elfian.

Jika Presiden berniat membatalkan rencana konversi areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar tersebut, maka di s amping merevisi rencana tata ruang dan peta penunjukan kawasan hutan, Presiden juga harus memerintahkan Menteri Kehutanan untuk membatalkan Peraturan Menteri Kehutanan yang mengatur ganti rugi nilai tegakan kayu dari hasil konversi hutan.

"Kami mengakui pidato Presiden di Kopenhagen sangat inspiratif dan produktif dalam merespon masalah perubahan iklim. Kami tidak ingin jika pidato tersebut hanya sekadar dalam teks pidato saja, namun harus melihat masalah riil di tingkat lapangan. Salah satunya adalah so al kejelasan sikap Presiden terhadap rencana tata ruang yang akan mengkonversi areal bertegakan hutan seluas 17,91 juta hektar," ujar Elfian.
kompas.com